Tuesday 14 April 2015

Akal Perempuan Menurut Hamka

بسم الله الرحمن الرحيم




Ketika menafsirkan surat al-Nisa’ ayat 11 tentang pembahagian warisan antara laki-laki dan perempuan, Hamka menolak pendapat sebahagian mufassir yang mengatakan perempuan lebih lemah akalnya dibanding laki-laki.

Menurut Hamka akal mereka sama-sama memiliki kekurangan. Kesempurnaan pemikiran akan wujud jika seorang lelaki dan perempuan saling bertukar fikiran dalam menyelesaikan suatu masalah. Untuk mendukung pernyataannya ini, Hamka  memberi contoh peranan Ummu Salamah dan Khadijah terhadap kejayaan Rasulullah SAW. Tidak mungkin seorang yang lemah akal, emosional dan tidak kuat mentalnya (penilaian yang sering dikatakan kepada perempuan) mampu memberi jalan keluar untuk mengatasi kesulitan serta memberikan ketenangan dan kekuatan kepada orang lain, seperti yang dilakukan Ummu Salamah dan Khadijah. Hamka menguraikan sebagai berikut:

"Kita melihat pada setengah tafsir, ahli-ahli tafsir itu mengeluarkan pendapat bahwa hikmah bagian laki-laki dua kali dari perempuan ialah karena akal perempuan itu kurang; akalnya hanya separuh laki-laki. Alasan itu kita bantah keras. Karena kalau kita pelajari dengan seksama, nyata sekali bahwa akal laki-laki dan perempuan, kedua-duanya itu sama-sama kurang. Barulah akan cukup kalau kedua akal itu digabungkan. Pengalaman-pengalaman di dalam rumah tangga yang bahagia membuktikan bahwa kerapkali ternyata seorang suami tidak dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum mendapat petunjuk dari istrinya. Istri pun kerapkali salah mengambil keputusan karena tidak bermusyawarah dengan suaminya. Dalam perjanjian Hudaibiyah jelas sekali, bahwa nasihat Ummu Salamah-lah yang melepaskan Rasulullah SAW dari kesulitan."

Pada tahun keenam hijriah, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin akan melaksanakan ibadah haji. Ketika tiba di Hudaibiyah, rombongan Nabi Muhammad SAW dihalang oleh kaum musyrik Quraisy. Mereka menghalang kedatangan Nabi untuk menunaikan haji pada waktu itu. Lalu terjadilah perundingan antara kedua belah pihak dan menghasilkan sebuah perjanjian yang dikenali dengan perjanjian Hudaibiyah. Nabi SAW menerima perjanjian tersebut walaupun jika dilihat secara zahirnya ia sebagai sikap mengalah kaum muslim kepada kaum musyrik Quraisy, dan kelebihan perjanjian itu dilihat dimiliki oleh musyrik Quraisy. Akibat perjanjian tersebut pelaksanaan ibadah haji ditangguh hingga tahun depan dan menyebabkan kaum muslimin yang pada waktu itu sedang bersemangat untuk menunaikan haji harus kembali ke Madinah. 

Untuk itu, Rasulullah SAW memerintahkan mereka bertahallul dan menyembelih (membayar dam dengan menyembelih). Para sahabat yang pada dasarnya tidak setuju dengan perjanjian tersebut kelihatan enggan melaksanakan perintah tersebut, sehingga Rasulullah SAW  hampir saja marah karena perintahnya tidak dipatuhi. Pada saat penting itulah isterinya yang ikut pada waktu itu, Ummu Salamah, menarik tangan Rasulullah SAW ke dalam khemah untuk meredakan kemarahannya.  Ummu Salamah menyarankan agar Rasulullah memulai sendiri bertahallul dan menyembelih (dam). 

Ummu Salamah berkata: “Janganlah engkau marah ya Rasulullah. Engkau mulai saja sendiri. Segera sekarang juga engkau keluar, engkau gunting rambutmu, engkau sembelih binatang dammu kemudian lepaskan pakaian ihrammu. 

Tanpa berbicara lagi.” Rasulullah SAW. melaksanakan nasihat Ummu Salamah. Para sahabat yang melihat hal itu segera mengikuti perbuatan Rasulullah SAW, sehingga semuanya berjalan dengan lancar.

Hal ini menunjukkan bahawa bukan hanya lelaki yang membela dan melindungi perempuan, tetapi juga sebaliknya, dapat dilihat dalam rumah tangga Rasulullah dengan Khadijah. Ketika Rasulullah SAW ketakutan sewaktu menerima wahyu pertama kali, Khadijah memberi kepercayaan kepada Rasulullah. Sikap dan kepercayaan yang telah diberikan Khadijah itu sangat besar ertinya dalam membangkitkan jiwa Rasulullah untuk memikul tanggung dan tugas yang dibebankan Allah SWT kepadanya.  Bahkan pada tahap selanjutnya, seluruh harta bendanya dikorbankan untuk mendukung cita-cita suaminya, Rasulullah SAW.


Lelaki dan Perempuan sama-sama memiliki kekurangan

Menurut Hamka, lelaki dan perempuan sama-sama memiliki kekurangan. Oleh karena itu di antara mereka terdapat saling melengkapi. Laki-laki dengan segala kelebihannya melengkapi kekurangan perempuan, dan perempuan dengan segala kelebihannya melengkapi kekurangan lelaki.

Dalam penafsirannya terhadap surat al-Nisa’ ayat 11, Hamka mengatakan lagi sebagai berikut: 


"Kita sendiri sebagai laki-laki ada cacatnya. Seorang yang belajar dari pengalamannya dapatlah meyakinkan, bahwasanya dua raga dan jiwa yang telah dipadukan oleh akad nikah, sama-sama dalam kekurangan. Yang satu akan mengimbuhi."




Saturday 11 April 2015

Nikmat Kefahaman





Nikmat-nikmat Allah yang kurniakan kepada hamba-hambanya terlalu banyak. Ada yang dikalangan hambanya dikurniakan nikmat harta,nikmat sihat ,nikmat ilmu dan sebagainya.

Di sini ada satu nikmat Allah yang paling besar iaitu nikmat faham. Barang siapa yang dikurniakan nikmat ini maka dia telah mendapat sebaik-baik kurniaan Allah.

Kefahaman yang dimaksudkan di sini meliputi banyak perkara, seperti ilmu,kehidupan dan sebagainya. Dan sebesar-besar kefahaman ialah kefahaman terhadap Allah dan RasulNya.

Ramai dikalangan kita membaca, belajar tetapi tidak dikurniakan kefahaman di dalam ilmu yang dia pelajari. Lalu terdapat kesilapan apabila menerangkan kepada orang ramai atau tersilap apabila dipraktikan.Yang amat malang sekali apabila sesorang itu tidak faham mengenai Islam dan Syariatnya lalu dia berprasangka buruk terhadap Islam.


Imam Qaradawi dalam membahaskan usul kefahaman, Imam ada menyebutkan bahawa kefahaman yang tepat adalah sebaik-sebaik nikmat. Kefahaman ini yang kita panggil fikh yang kita memahami sesuatu perkara berdasarkan realiti. Kita dapat memahami dan menterjemahkan di dalam kehidupan kita.

Sebab itulah kita perlu memohon kepada Allah agar Dia mengurniakan kefahaman kepada kita dalam bidang apa yang kita ceburi agar kita dapat berjalan di atas landasan yang betul sama kefahaman yang berkaitan dengan dunia atau akhirat.

Ada kata-kata dalam satu syair,

‘"Aku mengetahui kejahatan bukan untuk melakukan kejahatan."
"Barangsiapa yang tidak mengetahui kejahatan dia akan terjebak kepadanya’"




Berkata pula golongan salaf,

"Barangsiapa yang mengetahui zamannya,makan luruslah jalannya."



Daripada apa yang kita sebutkan tadi, menunjukan betapa pentingnya kefahaman dalam hidupkita. Kita melihat remaja-remaja yang terjebak ke dalam gejala sosial mereka tidak faham hakikat hidup mereka yang mempunyai risalah untuk ditunaikan. Begitu juga pemimpin-pemimpin kita yang menipu rakyat mereka,mereka tidak faham tentang hakikat jawatan mereka, dan banyak lagi lah golongan yang amat perlu kepada kefahaman. Golongan yang amat perlu kepaa kefahaman ini ialah ulamak dan pendakwah yang ditangan mereka arus perubahan umat.

Ingatlah pesanan ini;

 "Dengan wang anda dapat membeli buku tapi tidak kefahaman "

Maka dengan itu, marilah kita berdoa kepada Allah agar dikurniakan kefahaman terhadapNya,RasulNya dan terhadap kehidupan ini. Amin

-Ustaz Fauwaz-